News

Kereta Api di Jawa Dinilai Telah Layak Pakai Listrik

Kereta Api di Jawa Dinilai Telah Layak Pakai Listrik

Jakarta, Liputan7up.com – Pengamat daya serta kelistrikan Ali Herman menjelaskan, daya hari esok ialah daya listrik. Bahkan juga angkutan massal kereta api juga dapat memakai daya listrik.

“Kereta api se-Jawa dapat memakai listrik,” tutur Ali Herman dalam diskusi “Kedaulatan Daya, Apakah Jalan keluarnya?” di Alat Center Prabowo-Sandi, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).

Pembicara lain dalam diskusi itu semasing pemerhati daya Fathur Rahman serta ahli daya terbarukan Surya Darma.

“Saya telah turut berencana daya listrik untuk kereta api lintas Jawa ini semenjak 2002,” kata Ali Herman.

Sumber daya listrik Indonesia, kata Ali Herman, begitu melimpah. “Ditambah lagi investasi kita saat ini begitu rendah daya listrik juga lebih melimpah,” kata bekas direksi PT PLN (Persero) ini.

Listrik di Jawa Barat serta Jawa biasanya, kata Ali Herman, begitu cukuplah. “Mengapa terlalu berlebih sebab perkembangan dikit,” kata Ali Herman.

Tapi disamping lain ada investor yang teriak-teriak kekurangan listrik. Mereka ingin bangun pabrik atau smelter saja sulit dengan fakta tidak ada listrik.

“Ini jadi permasalahan. Sesaat kita berlebihan listrik,” kata Ali Herman.

Sesaat Fathur Rahman menyoroti transportasi umum di kota-kota besar. Menurut dia transportasi massal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan serta Makassar mesti lewat rencana yang pruden serta masak.

“Janganlah tidak diduga muncul sementara tidak ada rencana awal mulanya. Janganlah grasa-grusu,” katanya.

Fathur Rahman mengacu pada pembangunan LRT Palembang. Menurut dia selain mahal pun tidak dikaji tentang kelanjutannya.

“LRT di Palembang biaya operasionalnya saja tidak dapat menutupi atau pendapatan dari tiketnya,” katanya.

“Boro-boro dapat menutupi biaya investasinya,” imbuhnya.

Jangan-jangan, kata Fathur Rahman, cara yang dipakai pemerintah dalam pembangunan itu mode trial and error.

“Jika berikut triknya ongkosnya begitu mahal serta yang akan memikul beban kembali lagi rakyat Indonesia,” kata pengamat daya Fathur Rahman.

To Top